Header Ads

Tujuh Tim Favorit Juara


Barisan pertahanan Persiraja (biru) jatuh bangun menghadapi serbuan beruntun Perseman, walau akhirnya harus menyerah kalah 2-0 di hari pertama kompetisi Wilayah Barat di Banda Aceh. (Dokumentasi Tabloid BOLA)
Siapa yang bakal menjuarai Kompetisi Divisi Utama PSSI tahun ini? Masih sulit ditebak. Perjalanan menuju tangga terhormat itu masih panjang. Tapi menurut pengamatan BOLA, bakal juara tak akan lepas dari tujuh tim yang sudah memperlihatkan ketangguhannya dalam putaran pertama, baik di wilayah Barat maupun Timur.
Pertama PSMS Medan, sang juara bertahan. Kemudian runner-up dan kesebelasan terbaik 1983, Persib Bandung. Setelah itu, muka baru yang terus menggelitik, Perseman Manokwari atau Persiraja Banda Aceh yang memiliki kekuatan seperti mesin diesel.  Ini semua kekuatan dari wilayah Barat.

Dari gugusan Timur, PSM Ujungpandang yang dalam putaran pertama meraih angka paling tinggi, mengukir peluang paling serius. Setelah itu adalah Persipura Jayapura dan Persebaya Surabaya dengan kemungkinan Persema Malang jadi kuda hitam.

Tim lainnya bukan berarti tak ada kemungkinan, tapi secara teoritis, mereka praktis sudah kehilangan kesempatan menjadi pesaing memperebutkan gelar juara.

Stabil

Dari ketujuh tim tersebut, tampaknya Persib Bandung merupakan kesebelasan yang paling berbahaya. Perhitungan ini berdasarkan semangat dan kekompakan tim yang mereka miliki. Sejak kejuaraan 1983, Persib praktis hanya kehilangan satu pemain, yakni Wolter Sulu yang hijrah ke Bengkulu.

Pembinaan terus menerus yang dilakukan pengurus Persib pun kelihatan semakin memperlihatkan kemajuannya. Saling pengertian di antara para pemain pun menonjol. Begitu stabilnya hingga mereka seperti pada 1983, menduduki tempat kedua pula dalam klasemen sementara.

Namun stabil dan kompak saja bukan satu-satunya jaminan. Terlebih lagi jalan untuk berlaga di puncak masih cukup  sulit. Persib harus benar-benar lolos dulu dalam putaran wilayah ini. Setelah itu anak-anak kota kembang ini harus berlaga menghadapi dua tim lainnya dari wilayah Barat dan tiga tim wilayah Timur pada putaran semi final.

Manajer Persib H. Yayat Rochiyat yang ditemui BOLA seusai pertarungan mereka melawan PSMS di Banda Aceh, mengatakan kubunya saat ini sudah berkonsentrasi untuk menghadapi kekuatan dari Timur. "Memang terlalu cepat. Tapi kami harus bersiap-siap ke arah itu," katanya.

Yayat memang patut berbuat demikian. Pertama karena posisi Persib yang hampir dipastikan bisa lolos ke kelompok tiga besar  wilayah. Kedua, seluruh kekuatan Barat sudah diketahuinya. Namunn kelengahan dan rasa optimis yang berlebihan bisa mencelakakan Persib sendiri.

Optimis

"Kalau Persib sudah mengalihkan perhatian ke Timur, kami juga begitu. Hanya saja kami harus benar-benar bisa mengamankan dulu posisi di wilayah sendiri," ujar Parlin Siagian, pelatih PSMS, dengan nada optimis.

Di Murthala, tokoh Persiraja yang paling paling bahagia saat ini, tak kalah optimisnya. Meskipun begitu ia juga agak merisaukan timnya untuk berlaga di Jakarta. Perjuangan kami terlalu berat," tuturnya.

"Kami tidak terlalu muluk ingin menjadi juara. Kalau anak-anak bisa bertahan di kelompok 10 besar saja, saya sudah senang. Artinya tidak tersingkir dari divisi utama," lanjut Murthala.

Sementara itu Paul Cumming, bekas pelatih klub IM Galatama yang kini menangani Perseman, berkeinginan sekali membuktikan kemampuannya melatih. "Kalau dulu di IM saya gagal, di sini saya tidak boleh gagal," katapelatih asal Inggris yang mengangkat Perseman ke divisi utama itu.

Cumming menyadari perjuangan timnya masih amat berat dan banyak saingan. "Tapi mudah-mudahan saya bisa mempersembahkan sesuatu yang berharga untuk Manokwari," ujarnya. Ucapan ini menurut Paul bukanlah berarti menganggap enteng PSMS maupun tim-tim lainnya.

Lebih Ketat

Dari segi penyelenggaraan, panitia di Banda Aceh maupun Ujungpandang memperoleh keuntungan. Pemasukan dari penjualan karcis mampu menutupi biaya yang dikeluarkan bahkan masih tersisa puluhan juta rupiah sebagai keuntungan.

Selama putaran pertama yang berlangsung di Stadion Mattoangin Ujungpandang dan Lampineung Banda Aceh, penonton terus meluber melebihi kapasitas tempat yang ada. Hanya beberapa hari saja yang sedikit lenggang.

Keberhasilan kedua tuan rumah itu menyelenggarakan pertandingan dan sambutan yang besar dari masyarakat Ujungpandang dan Banda Aceh, merupakan tolok ukur bahwa sepakbola masih menjadi olahraga yang paling digemari masyarakat di negeri ini - kendati prestasi tim nasional tak juga menggembirakan.

(Penulis: Mahfudin Nigara, Ian Situmorang, Syamin Pardede - Tabloid BOLA, edisi no. 48, Jumat 25 Januari 1985)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.