Header Ads

Divisi Utama: Persija Vs PSIS Di Final?



Kamarudin Betay (11) sedang berpelukan dengan Johnny Bindatu, setelah Persija mencetak gol ketiga. Dua pemain lainnya Herry Latif (16) dan Daniel Selay ikut merayakan kemenangan itu. (Dokumentasi Tabloid BOLA)

Persija akan berhadapan dengan PSIS dalam final kompetisi divisi Utama, Maret mendatang. Hal tersebut didasari dengan meningkatnya kepercayaan para pemain Ibukota dan terus melajunya prestasi anak-anak Semarang. Begitu komentar Said Rusli, Komda PSSI DKI, pada BOLA, selepas menyaksikan pertandingan Persija melawan Bengkulu di Stadion Utama Senayan, Minggu malam. Dalam partai penentuan itu, Persija membantai Bengkulu 3-0.
"Saya tidak mengecilkan arti Persib sebagai Juara bertahan, PSMS Medan juara dua kali berturut-turut 83-84 dan 84-85. Begitu juga daerah lainnya yang akan hadir dalam kelompok enam besar. Tapi pendapat saya ini punyra alasan tersendiri," kata Said yang juga merupakan bos klub Bina Taruna, juara nasional klub amatir.

Persija, katanya, memiliki teknik yang terbaik secara individu. Jika teknik tinggi itu dipadu dengan satu kerja unit yang baik pula, hasilnya akan bagus sekali. "Jadi dengan dasar tersebut, maka saya menilai pantaslah Persija menjadi finalis," lanjut Said Rusli.

Sementara PSIS Semarang, menurut pejabat Bea & Cukai yang akrab dengan panggilan Abang ini, juga menjadi kekuatan baru yang paling menonjol. "Kalau tahun-tahun sebelumnya, PSIS dijuluki jago kandang dan kenyataannya memang begitu, sekarang tidak lagi. Bayangkan, mereka bisa mencetak kemenangan 3-2 atas tuan rumab PSM Ujungpandang. Begitu juga mereka mampu mengalahkan Persipura di Ujungpandang 1-0," katanya lagi.

Di kandang sendiri, PSIS juga membuat kejutan yang tak kepalang dengan menggasak Perseman, finalis tahun lalu 6-1. "Dari dasar itulah, saya menilai, anak-anak Semarang ini pantas menjadi finalis mendampingi Persija," sambung Said.

Masih Pagi

Bagi Sutan Harhara, salah satu asisten pelatih tim nasional A, anggapan Persija melawan PSIS di final masih terlalu pagi. "Jangan lupa taktik dan strategi di luar lapangan sering menentukan hasil pertarungan. Jadi saya kira sulit untuk mengatakan siapa kelak yang akan masuk final," tukas Sutan, bekas bek kanan nasional di tahun 1970-an.

Menurut Sutan, dari 12 tim yang ikut bertarung, rata-rata masih sangat labil. "Kita bisa lihat Persija. Ketika melawan Persib, mereka kurang mampu memperlihatkan kondisi fisik dan stamina yang baik. Di saat menghadapi Persiraja, mereka bermain di bawah kemampuannya. Tapi waktu lawan PSMS dan Bengkulu, saya kira mereka sangat luar biasa. Jadi bagaimana saya harus cepat-cepat menilainya," katanya lagi.

Soal PSIS, Sutan menilai, Sartono merupakan pelatih yang cukup baik. "Saya kenal betul Mas Sartono. Ia memiliki disiplin yang cukup tinggi, punya strategi dan pola yang baik. Tapi apakah otomatis PSIS bisa masuk final? Jawabnya tentu masih terlalu pagi," tutur Sutan.

Dasar penilaian Sutan pun dapat dimengerti. Dari catatan sejarah, kata Sutan, PSIS belum pernah berhasil baik setiap tampil di Jakarta. "Ini memang faktor non-teknis. Tapi sering menjadi penghambat yang tak kepalang beratnya."

Kenapa Tidak

Dari kubu Persija dan PSIS, terlontar pendapat yang tak kalah menariknya. "Kenapa tidak bisa? Saya kira kami memang sudah pantas tampil di final," kata Todung Barita, ketua umum Persija dan Ismangoen Notosaputro, ketua pelaksana barian PSIS di tempat terpisah.

Ya, kenapa tidak. Kalau Persija bisa menjaga penampilannya sedikitnya seperti ketika menggasak Bengkulu 3-0 dan PSIS seperti ketika menyikat Perseman 6-1. Segala kemungkinan masih tetap terbuka.

Lihat saja, kemampuan individu dan teknik rata-rata pemain yang dimiliki Persija. Sebagai satu tim, mereka juga sudah cukup padu. Hanya satu dua pemain yang tetap kelihatan tidak in. Kelebihan Persija dalam menjabarkan permainan lawan dan kemampuan menyembunyikan kekurangan stamina, bisa dikategorikan sebagai tim yang paling cukup pantas tampil di final.

Begitu juga PSIS. Tim yang digarap Sartono, bekas pelatih nasional B ini peningkatannya sangat mencolok sekali. Kemampuan teknik dan semangat juang yang tinggi, menjadi modal dasar mereka untuk menjadi finalis.

Tapi tim lainnya seperti juara bertahan, Persib, rasanya juga patut diperhitungkan. Mereka memiliki paduan dan kombinasi pemain muda dan tua yang cukup serasi. Ini yang membuat Persib menjadi bayang-bayang membahayakan bagi tim lainnya. Di samping tentu saja hasrat untuk mempertahankan mahkota begitu besar.

Demikian pula PSMS. Sebagai tim yang pernah menjadi juara dua kali berturut-turut 83-85, maka tim kebanggaan Sumatera Utara ini tetap memiliki peluang terbaik. Semangat juang dan fanatisme para pemain pun tetap menjadi senjata utama mereka.

Maka melihat kenyataan tersebut, memang masih terlalu pagi jika kita harus menilai siapa finalis tahun ini. Bola masih tetap bergulir dan waktu masih belum lagi usai. Yang pasti enam besar tahun ini akan menjadi ajang pertarungan sangat menarik menjelang pemilihan umum.

Dewasalah

Sementara itu, sekretaris PSSI, Nugraha Besoes menegaskan PSSI tidak pernah merasa pilih kasih. Hal ini sehubungan tuduhan yang dilontarkan dari kubu Bengkulu. Dalam beberapa koran, Suyono Prayitno BE, manajer tim, menuduh PSSI telah mengorbankan Bengkulu dan mementingkan tim yang bisa mendatangkan uang.

"Kami telah dipermainkan oleh PSSI," katanya pada beberapa koran ibukota dan daerah. Suyono mengatakan seharusnya PSSI lebih mementingkan pembinaan daripada keuntungan semata.

"Ungkapan itu sama sekali tidak benar!" tangkis Nugraha. "Sebenarnya inti persoalan dari Bengkulu adalah soal wasit Gustav. Sebelum pertandingan melawan Persija, mereka memang telah mengirimkan surat protes pada kami. Isinya agar mereka tidak dipimpin Gustav yang dianggap telah merugikan. Jelas kami tolak," kata Nugraha lagi.

Yang berhak menentukan wasit adalah PSSI, sambung Nugraha di ruang kerjanya, sekretariat PSSI Senayan. "Itu bukan berarti kami tidak menerima masukan dari daerah. Tapi apakah benar mereka bisa dikalahkan oleh hanya seorang wasit. Wasit bisa saja merugikan tim, tapi kalau mereka memang mampu bermain baik, saya kira peran wasit itu menjadi sangat lemah untuk mengalahkan mereka," katanya lagi.

Gustav sendiri menurut Nugraha dalam partai Bengkulu melawan Persija, hari Minggu lalu cukup bagus. "Saya tidak melihat wasit itu berbuat kesalahan yang bisa mengakibatkan Bengkulu kalah. Kalau pun tim itu kalah, ya memang karena Persija lebih baik. Jadi menurut saya, dewasalah kita dalam menilai. Dalam menerima kenyataan. Jadi saya juga mengira hanya karena Bengkulu gagal ke putaran enam besarlah mereka angkat bicara. Kita juga harus tahu sampai di mana sebenarnya kemampuan tim kita. Jangan sampai kemampuannya hanya sedikit, tapi bayangannya begitu besar. Kalau gagal akan sangat kecewa."

Ya, malam itu Gustav boleh dibilang lulus dari kesalahan. Dalam kondisi di mana mutu perwasitan sedang dalam keadaan kurang menguntungkan, Gustav membuat penampilan yang cukup bagus. Kalau pun ada beberapa kekeliruan, itu merupakan hal wajar dan tidak saling merugikan kedua belah pihak. Benar adanya, kita memang harus menjadi sangat dewasa untuk menghadapi segala situasi.

Persija yang turun malam itu, memang pantas memenangkan pertarungannya. Bahkan jika sedikit lebih tenang, bukan tidak mungkin tim Ibukota ini bisa menang jauh lebih besar. Mereka menguasai permainan. Pola mereka lebih jalan dan yang tak kalah patut dicatat, ternyata para pemain Persija mampu benar-benar menggunakan otaknya.

Mereka memang kalah stamina. Tapi dengan sangat manis anak asuh Hindarto ini bermain taktis. Mereka tidak keluar dari pola mereka yang mengandalkan permainan teknik.

Sebaliknya Bengkulu, terlalu sporadis. Tidak pintar untuk menarik lawan untuk keluar dari daerahnya. Yang tak kalah mencoloknya, ternyata Bengkulu yang dilatih Marek Janota tidak memiliki pola permainan. Mereka hanya bermain berdasarkan naluri saja. Menekan hanya di daerah lawan. Mereka tak bisa keluar dari situasi yang monoton. Jadi wajarlah mereka tak sampai ke semifinal.

(Penulis: Mahfudin Nigara - Tabloid BOLA, edisi no. 154, 6 Februari 1987)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.