Header Ads

PSMS, Persib, Persija Sama-Sama Yakin Ke Final


Adjat Sudrajat, bintang Persib pujaan masyarakat Jawa Barat, menembus barisan pertahanan PSMS pada putaran kedua divisi utama PSSI wilayah Barat di Bandung. Akan berulangkah pertandingan ini di final? (Dokumentasi Tabloid BOLA)
Hanya beristirahat empat hari dari putaran kedua, enam kesebelasan sudah akan kembali bertarung di Jakarta dalam putaran ketiga kompetisi divisi utama PSSI 1986. Dari wilayah barat yang dimainkan di Bandung, juara bertahan PSMS Medan dan runner up Persib Bandung ditemani Persija Jakarta. Sedangkan dari Timur, PSIS Semarang, PSM Ujung Pandang, dan Perseman Manokwari menjadi penantang lainnya.

Berbagai komentar tentang putaran ketiga yang akan dimulai tanggal 25 Februari hingga 7 Maret mendatang, sudah saling dilontarkan. Dari wilayah Barat, BOLA mengutip keyakinan ketiga pelatih masing-masing Wibisono (PSMS), Nandar Iskandar (Persib), dan Hendarto (Persija) yang sama-sama menyatakan timnya akan masuk grand final 11 Maret.

Tetapi berbeda komentar yang diperoleh BOLA dari wilayah Timur. Paul Cumming (Perseman), Gafar Hamzah (PSM), dan Sartono (PSIS) tidak berpikir tentang grand final. Mereka seolah-olah sudah merasa senang bisa bermain di Jakarta karena telah mengamankan posisinya di divisi utama.

Diesel

Pelatih PSMS, Wibisono yang sudah dua kali membawa timnya menjadi juara divisi utama sejak 1983, merasa yakin untuk kompetisi ini pun gelar tersebut akan kembali diboyong ke Medan. "Ini tentu bukan tanpa alasan," kilahnya.

Menurut Wibisono, ia menilai PSMS sejak dulu terkenal bermesin diesel. "Jadi makin lama makin mantap. Sementara orang lain mungkin makin lama makin loyo. Jadi kalau sudah demikian, lancarlah barang itu," katanya lagi.

Di samping itu Wibisono juga mengatakan bahwa tekad para pemainnya saat ini sangat luar biasa. "Jadi kalau tekad sudah begitu berkobar, maka hasil apa pun akan bisa dicapai. Apalagi para pemain pun kelihatan sekali amat patuh pada disiplin. Kesadaran mereka cukup baik. Dasar-dasar inilah yang membuat keyakinan saya menjadi bertambah besar," lanjut bekas pemain PSMS ini.

Ditanya siapa lawan yang bakal dipecundangi PSMS di final, Wibisono mengelengkan kepalanya. "Tak tahulah saya tentang itu. Soalnya kan saya pun tak tahu bagaimana kekuatan wilayah Timur. Pokoknya saya yakin PSMS akan maju ke final dan menjadi juara. Itu saja," tukasnya.

Ia menilai enam peserta putaran final nanti mempunyai kekuatan yang imbang. "Hanya strategi yang menentukan," katanya. Dan tentu saja PSMS memiliki strategi paling baik sehingga Wibisono merasa begitu yakin.

Tak Akan Mengulang

Dari kubu Persib, Nandar Iskandar mengawali komentarnya untuk putaran ketiga nanti dengan tegas. "Kami tak mau lagi mengulang tragedi lama!" katanya dengan suara l antang. "Jadi saya yakin Persib akan tampil dengan amat baik hingga masuk final," sambung bekas pemain Persib ini.

Ditanya siapa lawan yang paling diperhitungkan, Nandar tersenyum kecil. "Semua lawan kami perhitungkan dengan baik. Jadi jelas perjuangan itu sangat berat," katanya berdiplomasi.

Di tubuh Persija, pelatih Hendarto juga punya kesan yang sama. "Pertama tentu saya sangat tidak menduga bahwa para pemain bisa tampil sebaik ini. Mula-mula saya pribadi hanya berpikir kami paling top menempati posisi kedua dalam pertandingan degradasi dan promosi. Kemudian kami juga tidak menduga bisa cukup tangguh dalam kompetisi putara pertama dan kedua," tutur bekas asisten pelatih Wiel Coerver ini.

Tentang kekuatan lawan, Hendarto kelihatan sangat hati-hati mengemukakan pendapatnya. Ia menyebut Persib sebagai tim yang paling stabil dan memiliki kekuatan merata. Sedangkan PSMS dikatakan paling berbahaya fanatismenya.

Dari wilayah Timur, Hendarto menyebut PSIS dan PSM. "Bukan berarti saya mengecilkan arti Perseman. Tetapi saya melihat PSIS sedang bangkit dan PSM sedang panas-panasnya."

Aman

Sartono, bekas pelatih UMS 80 yang memang berasal dari Semarang, hanya tertawa ketika diminta komentarnya. "Lihat saja deh di Senayan nanti," katanya berbasa-basi.

Kelihatan Sartono memang tidak takabur dengan timnya yang terkenal dengan sebutan tim lumpur. "Bisa main ke Jakarta saja sudah sangat menggembirakan. Artinya posisi PSIS dibanding komeptisi lalu, sudah lebih bagus. Jadi dengan posisi yang sudah aman itu, kami hanya bertekad satu, yakni tampil sebaik-baiknya. Itu saja," lanjut Sartono.

Begitu juga ungkapan yang dilontarkan Gafar Hamzah, pelatih dari kubu PSM. "Kalau kami bisa tetap menduduki posisi ketiga saja seperti kompetisi lalu, sudah merupakan kebahagiaan," katanya.

Tentang kekuatan lawan, Gafar menilai Persija merupakan kekuatan yang patut diperhitungkan. "Saya melihat kesungguhan ibukota dalam mengenmbalikan citranya. Apalagi mereka akan menurunkan Marzuki, Sain, dan Patar. Jadi saya kira teknik mereka cukup tinggi. Namun bukan berarti saya mengecilkan arti tim yang lainnya. Tim yang berada di Jakarta otomatis tim-tim yang terbaik dan yang terkuat dari 12 tim yang sebelumnya beradu. Jadi sudah jelas semunya berat," katanya lagi.

Kalau Bisa

Sementara itu, Paul Cumming, pelatih asal Inggris yang sejak 1983 memoles Perseman, tak kalah hati-hati dalam memberikan komentarnya. Seperti PSM, Paul juga berhasrat mempertahankan posisinya di tempat keempat. "Kalau bisa, ya naiklah satu tingkat," katanya dalam bahasa Indonesia yang lancar.

Seperti ungkapan manajernya, Samuel Krey, Paul juga sependapat untuk selalu memenangkan setiap pertandingan. Tapi ia tetap menampik ketika ditanya tentang peluang ke final.

(Penulis: Mahfudin Nigara, Slamet Hartono - Tabloid BOLA, edisi no. 104, 21 Februari 1986)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.