PSIS setelah Putaran Pertama (2-Habis) : Faktor Nonteknis Masih Jadi Kendala
KURANG mengesankannya penampilan PSIS pada putaran pertama lalu tak semata dipengaruhi faktor teknis. Banyak hal di luar menurunnya stamina. Kurang solidnya komunikasi antarlini serta ketidakjelian memilih pemain, menyebabkan tim gagal tampil sesuai ekspektasi.
Sejak kompetisi bergulir, tim besutan pelatih Bonggo Pribadi ini kerap diganggu permasalahan nonteknis. Mulai dari permasalahan stadion sebagai sarana berlatih hingga hilangnya konsentrasi para pemain di lapangan. Hal itu masih ditambah kepemimpinan wasit yang menurut beberapa pemain kurang fair.
Mungkin memang terkesan subyektif menjadikan masalah nonteknis sebagai penyebab kurang maksimalnya penampilan Imral Usman dkk di putaran pertama lalu. Namun pelatih Bonggo Probadi sempat mengakui, permasalahan nonteknis ini kerap membuat timnya tampil kurang maksimal, salah satunya permasalahan tempat latihan.
Selama menjadi arsitek tim, dia beberapa kali terpaksa meralat pengumuman yang diberikan para para pemainnya terkait lapangan yang akan dijadikan tempat latihan. Bahkan beberapa kali pasukannya terpaksa berlatih di sekitar mess Jatidiri karena stadion telah digunakan oleh pihak lain.
Berbeda dengan musim lalu, pada hari biasa timnya saat ini hanya mendapatkan dua kali kesempatan berlatih di Stadion Jatidiri yang menjadi home ground mereka. Sementara hari lainnya mereka berlatih di Stadion Citarum. Bahkan beberapa waktu lalu, pihaknya sempat menggunakan Lapangan Terang Bangsa, Marina sebagai tempat latihan karena Stadion Citarum telah dipakai pihak lain.
Faktor nonteknis lainnya adalah mental bertanding dan semangat juang para pemain saat berada di lapangan. Hal itu terlihat jelas saat laga kandang. Dari lima kali bermain di hadapan pendukung fanatiknya, PSIS hanya mampu memetik tiga kali kemenangan, sekali seri dan sekali kalah.
Mudah Goyah
Salah seorang dari tim pelatih pernah berujar, tingginya harapan masyarakat akan prestasi PSIS menyebabkan beberapa pemain tampil tertekan. Masalah mental dan kepercayaan diri para pemain begitu mudah goyah. Dalam situasi unggul misalnya, secara tak sadar para pemain cenderung bertahan. Akibatnya, tak jarang tim lawan mampu menyamakan kedudukan.
Labilnya kepercayaan diri tak jarang membuat pemain kerap melakukan kesalahan mendasar. Seperti kekeliruan passing maupun kesalahan mengantisipasi arah bola. Banyak gol yang bersarang ke gawang Dicky Fajar kerap berasal dari kesalahan pemain dalam mengantisipasi pergerakan pemain lawan. Semestinya, dengan materi pemain sarat pengalaman musim ini, mental dan kepercayaan tidak lagi menjadi kendala.
Kendala nonteknis lainnya adalah kepemimpinan wasit. Memang terkesan klise, namun begitulah kenyataannya. Jebloknya mental bertanding dan hilangnya konsentrasi penyebab kekalahan terkadang dipicu dari keputusan korps baju hitam yang dinilai berat sebelah. Kiper Dicky Fajar sendiri pernah mengeluh masalah ini seusai timnya melakoni laga tandang ke salah satu klub di Kalimantan Timur.
''Saya hitung-hitung, lima kali saya duel satu satu dengan penyerang lawan. Agaknya aturan offside tidak berlaku di sana,'' kata kiper yang musim lalu berkostum PSMP Mojokerto Putra ini.
(Dian Chandra, Hendra Setiawan/CN16)
Sejak kompetisi bergulir, tim besutan pelatih Bonggo Pribadi ini kerap diganggu permasalahan nonteknis. Mulai dari permasalahan stadion sebagai sarana berlatih hingga hilangnya konsentrasi para pemain di lapangan. Hal itu masih ditambah kepemimpinan wasit yang menurut beberapa pemain kurang fair.
Mungkin memang terkesan subyektif menjadikan masalah nonteknis sebagai penyebab kurang maksimalnya penampilan Imral Usman dkk di putaran pertama lalu. Namun pelatih Bonggo Probadi sempat mengakui, permasalahan nonteknis ini kerap membuat timnya tampil kurang maksimal, salah satunya permasalahan tempat latihan.
Selama menjadi arsitek tim, dia beberapa kali terpaksa meralat pengumuman yang diberikan para para pemainnya terkait lapangan yang akan dijadikan tempat latihan. Bahkan beberapa kali pasukannya terpaksa berlatih di sekitar mess Jatidiri karena stadion telah digunakan oleh pihak lain.
Berbeda dengan musim lalu, pada hari biasa timnya saat ini hanya mendapatkan dua kali kesempatan berlatih di Stadion Jatidiri yang menjadi home ground mereka. Sementara hari lainnya mereka berlatih di Stadion Citarum. Bahkan beberapa waktu lalu, pihaknya sempat menggunakan Lapangan Terang Bangsa, Marina sebagai tempat latihan karena Stadion Citarum telah dipakai pihak lain.
Faktor nonteknis lainnya adalah mental bertanding dan semangat juang para pemain saat berada di lapangan. Hal itu terlihat jelas saat laga kandang. Dari lima kali bermain di hadapan pendukung fanatiknya, PSIS hanya mampu memetik tiga kali kemenangan, sekali seri dan sekali kalah.
Mudah Goyah
Salah seorang dari tim pelatih pernah berujar, tingginya harapan masyarakat akan prestasi PSIS menyebabkan beberapa pemain tampil tertekan. Masalah mental dan kepercayaan diri para pemain begitu mudah goyah. Dalam situasi unggul misalnya, secara tak sadar para pemain cenderung bertahan. Akibatnya, tak jarang tim lawan mampu menyamakan kedudukan.
Labilnya kepercayaan diri tak jarang membuat pemain kerap melakukan kesalahan mendasar. Seperti kekeliruan passing maupun kesalahan mengantisipasi arah bola. Banyak gol yang bersarang ke gawang Dicky Fajar kerap berasal dari kesalahan pemain dalam mengantisipasi pergerakan pemain lawan. Semestinya, dengan materi pemain sarat pengalaman musim ini, mental dan kepercayaan tidak lagi menjadi kendala.
Kendala nonteknis lainnya adalah kepemimpinan wasit. Memang terkesan klise, namun begitulah kenyataannya. Jebloknya mental bertanding dan hilangnya konsentrasi penyebab kekalahan terkadang dipicu dari keputusan korps baju hitam yang dinilai berat sebelah. Kiper Dicky Fajar sendiri pernah mengeluh masalah ini seusai timnya melakoni laga tandang ke salah satu klub di Kalimantan Timur.
''Saya hitung-hitung, lima kali saya duel satu satu dengan penyerang lawan. Agaknya aturan offside tidak berlaku di sana,'' kata kiper yang musim lalu berkostum PSMP Mojokerto Putra ini.
(Dian Chandra, Hendra Setiawan/CN16)
Post a Comment