Header Ads

PSIS Setelah Putaran Pertama (1) : Kerap Kehabisan Tenaga di Babak Kedua

KEPUTUSAN PSIS memakai jasa pemain berpengalaman musim ini agaknya menjadi bumerang bagi pelatih Bonggo Pribadi. Keberadaan Indriyanto Nugroho, Adrian Mardiansyah, Aris Indarto hingga Suwita Patha hingga berakhirnya putaran pertama ternyata belum mampu mengangkat performa tim.

Alih-alih menjadikan PSIS sebagai tim yang disegani, bond kebanggan warga Kota Semarang ini harus rela finish di peringkat 10 dari 13 kontestan grup 2. Dari 12 laga, Imral Usman cs hanya mampu memetik empat kali kemenangan, tiga seri dan lima kali kalah. Pencapaian tersebut meleset dari target berada di papan tengah yang dicanangkan pada awal musim.

Sejak tim terbentuk pada September tahun lalu, banyak pihak yang meragukan skuad besutan Bonggo Pribadi ini mampu bersaing di kompetisi Divisi Utama. Alasannya hampir seragam, terlalu banyak pemain veteran yang berada di line up tim. Namun derasnya kritikan kala itu tak membuat Bonggo surut. Dia bergeming pada keputusannya.

Dari 25 pemain yang teken kontrak, sembilan di antaranya telah berusia lebih dari 30 tahun terhitung sejak resmi mengenakan kostum PSIS. Ironisnya, dari sembilan pemain tersebut empat hingga lima pemain kerap menjadi strarting eleven.

Akibatnya bisa dilihat, di babak kedua hampir di seluruh laga tempo permainan melambat. Kondisi tersebut tentu menjadi masalah jika berhadapan dengan tim yang mayoritas bermaterikan pemain muda.

Stamina Bermasalah

Jika mau jeli, tanda-tanda kurang kompetitifnya tim telah terbaca usai dilakukannya serangkaian uji coba dengan tim-tim selevel. Dari tujuh kali uji coba melawan tim seperti Persiku Kudus (kandang/tandang), Persik Kendal (kandang), PSCS Cilacap (kandang), PSIM Yogyakarta (kandang), PSIR Rembang (tandang) dan PSS Sleman (kandang), PSIS hanya mampu menang tiga kali dan sisanya seri.

Tiga kemenangan didapatkan pada laga kandang saat melawan Persiku Kudus (3-0), PSIM Yogyakarta (2-0) dan PSS Sleman (3-0). Hasil seri diraih saat tandang ke Persiku (0-0), PSIR Rembang (1-1) serta laga kandang kontra Persik Kendal (1-1) dan PSCS Cilacap (1-1).

Berbekal hasil uji coba tersebut, PSIS mengikuti kompetisi level kedua di tanah air dengan target bertahan di Divisi Utama. Meski sempat menerbitkan harapan dengan memukul Persik Kediri 2-1 di laga perdana, di tiga laga berikutnya publik Kota Semarang dipaksa menerima kenyataan pahit.

PSIS kalah berturut-turut saat melawan PSIM (0-3), PSCS Cilacap (0-1) dan Persikab Bandung (0-1). Kekalahan tiga gol tanpa balas saat menjamu PSIM bahkan disebut-sebut sebagai kekalahan kandang terbesar dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Selain stamina yang kedodoran, ketergantungan terhadap Gustavo Chena juga menjadi kendala tersendiri bagi tim. Di saat playmaker asal Argentina tersebut absen atau tampil di bawah form terbaiknya, PSIS tampil miskin kreasi. Akibatnya, serangan yang dilancarkan mampu dengan mudah dipatahkan lawan.

Kondisi tersebut diperparah dengan kurang mampunya pemain di sektor sayap membantu penyerangan.Bukti sahih adalah saat menghadapi Persis Solo di laga terakhir putaran pertama. Ditariknya Chena karena cedera membuat permainan PSIS tak berkembang.

Pertahanan PSIS akhirnya bobol setelah mendapatkan serangan spartan dari tim tuan rumah. Gol striker Persis, Robi Fajar memaksa tim tamu pulang dengan hasil imbang setelah sempat unggul selama 46 menit.

Kondisi tersebut akhirnya memaksa GM PSIS Putut Sutopo turun tangan. Sebagai penanggung jawab tim, Putut telah memberi sinyal perombakan menyeluruh di tubuh timnya musim ini. "Kami berharap, perombakan yang dilakukan mampu membawa tim menjadi lebih baik. Sebagai pelatih, Bonggo harus mampu mengevaluasi kekurangan yang ada saat ini," katanya.
(Dian Chandra, Hendra Setiawan/CN26)

Sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/sport/2011/02/07/8840/Kerap-Kehabisan-Tenaga-di-Babak-Kedua

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.