Header Ads

PSIS Bangkit Dari Kubur


Patar Tambunan terpaksa melompati pemain PSDS. Sementara Herry Latif (18) menjaga kemungkinan lain. (Dokumentasi Tabloid BOLA)
PSIS Semarang, juara bertahan dan PSMS Medan bekas juara dua kali 1984, 1985 hampir pasti lolos ke putaran final kompetisi divisi utama PSSI, bulan depan. Keduanya masih harus menunggu partai terakhir babak kedua yang akan dimainkan di Bandung dan Surabaya.

Bagi juara bertahan yang sempat tersuruk-suruk di putaran pertama Wilayah Timur, nasibnya akan ditentukan oleh Persebaya yang akan menjadi tuan rumah bagi Persipura. Di atas kertas, Persebaya yang sedang melambung itu sangat sulit dikalahkan. Apalagi Persipura sendiri minimal harus menang 4-0 untuk menggeser PSIS. Satu hal yang sangat mustahil.

Sedangkan PSMS yang berada di wilayah Barat, harus menentukan nasibnya sendiri dengan melawan tuan rumah Persib di Stadion Siliwangi. Jika Zulkarnaen Lubis dan kawan-kawan mampu memetik satu angka saja, maka mereka akan lolos dari lubang jarum untuk berlaga di Stadion Utama Senayan.

Kalau pun mereka kalah, kemungkinan untuk lolos masih tetap ada. PSDS sebagai pesaing yang berada di bawahnya, juga harus membukukan kemenangan yang telak atas Bengkulu. Minimal 5-0 untuk memastikan diri ke babak final. Ini pun satu hal yang sangat mustahil, mengingat Bengkulu sangat fanatik jika bermain di kandangnya.

Pendatang Baru

Selain persaingan yang sangat sulit itu, divisi utama kali ini juga dihiasi dengan kejutan yang cukup besar. Persiba Balikpapan yang ditangani bekas kapten tim nasional, Ronny Patinasarani tiba-tiba menjadi kekuatan tersendiri di Wilayah Timur. Mereka bukan hanya mampu meloloskan diri ke putaran final, tetapi mereka juga menggilas tim-tim tangguh.

Persebaya yang saat ini menjadi komandan di wilayah itu pun tersungkur 2-0 bahkan di kandang Persebaya sendiri mereka mampu bertahan 1-1. Begitu juga bekas runner-up kompetisi 1986, Perseman Manokwari digebuk 2-1.

Satu prestasi tersendiri tentunya bagi dunia persepakbolaan di tanah Kalimantan. Persiba yang muncul ke permukaan 1985, kali ini semakin memperlihatkan kematangannya. Tetapi apakah mereka cukup punya nyali untuk tetap tampil dengan tegar di Stadion Utama Senayan? Masih harus kita tunggu.

Selain kejutan yang dibuat Persiba, kejutan juga terjadi di Wilayah Timur. PSM, tim yang pernah melahirkan banyak pemain
legendaris dalam dunia persepakbolaan nasional, untuk pertama kali gagal muncul di putaran final. Beruntung mereka terhindar dari degradasi. Di wilayah ini yang tersingkir adalah Perseman.

Di Wilayah Barat, siapa yang akan turun ke divisi satu, masih akan ditentukan lewat partai terakhir di Bengkulu antara tim
tuan rumah melawan PSDS. Jika Bengkulu mampu memetik kemenangan berapa saja, mereka akan terbebas. Persitara yang saat ini mengantungi nilai 5, akan terhempas karena selisih gol yang mereka hasilkan terlalu minus yakni 8-23. Sedangkan Bengkulu, meski baru mengantungi nilai tiga memiliki selisih gol 7-18.
Joko Malis

Sebagai tim yang juga sudah memastikan diri hadir di putaran final, Persebaya sengaja mengirim tiga wakilnya untuk menyaksikan partai Persija-PSMS, Rabu malam di Stadion Utama Senayan. Bekas sayap nasional, Joko Malis dan Budhi Johanes serta asisten tim manajer Drs. Tianto Saputro, kelihatan berada di antara penonton.

"Persija makin matang dan berbahaya," kata Tianto, ketika ditanya komentarnya seusai partai terakhir bagi Persija. "Saya kira Persija itu saat ini begitu baik. Ini bukan berarti saya mengecilkan arti Persib atau PSMS. Tetapi melihat penampilan
Persija, saya kira mereka akan muncul di grand final," katanya lagi.

Berat

Dari catatan BOLA sendiri, langkah Persija untuk tampil sebagai salah satu finalis, masih terasa sangat berat. Ini dapat dibuktikan dengan masih labilnya tim ibukota. Hampir seluruh partai yang mereka jalankan, selalu buruk di babak awal.

Persib, PSMS juga punya peluang yang sama untuk hadir sebagai finalis. Keduanya memperlihatkan kelasnya masing-masing. Persib misalnya menjadi tim yang terkenal paling kompak. Sedangkan PSMS, masih tetap memiliki fanatisme yang sangat besar dan mampu mendorong mereka untuk bertarung lebih dari tim lainnya.

Lalu di Wilayah Timur, Persebaya juga akan sangat berat untuk melangkah. Apalagi rata-rata pemainnya sudah berumur. Kelebihan yang mereka miliki adalah pengalaman bertanding, baik ketika masih di Galatama maupun Perserikatan.

Persiba, sebagai pendatang baru, juga akan sangat berat karena beban yang mereka pikul jauh lebih berat ketimbang tim
lainnya. Belum lagi demam panggung para pemainnya.

Akan halnya PSIS. Tim yang semula sudah tak dihitung lagi untuk manggung di Stadion Utama Senayan, memiliki motivasi yang jauh lebih besar dari tim lainnya. Mereka seperti bangkit dari kubur.

(Penulis: Mahfudin Nigara - Tabloid BOLA, edisi no. 208, 19 Februari 1988)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.