Header Ads

Belajar Artinya " Fair Play "

PESTA sepak bola Eropa mulai bergulir hari Jumat malam. Tuan rumah Piala Eropa 2012, Polandia memulai perjuangan ke tangga juara dengan menghadapi juara Piala Eropa 2004, Yunani di Warsawa.

Suasana festival kali ini agak terganggu oleh krisis besar yang sedang dihadapi Eropa. Tekanan ekonomi yang tidak kunjung mereda membuat banyak rakyat Eropa harus kehilangan pekerjaan. Angka pengangguran di kawasan itu mencapai puncak tertinggi yakni 11 persen.

Banyak warga di Eropa yang mengalami frustasi. Mereka bahkan menentang rencana pengetatan ikat pinggang yang ditempuh pemerintah. Kampanye untuk mengatakan "Tidak" dilancarkan menjelang dilaksankannya referendum yang akan dilakukan di banyak negara.

Spanyol, Italia, Yunani, Portugal, Irlandia merupakan negara-negara yang paling terkena dampak krisis. Sepak bola diharapkan menjadi penghibur bagi rakyat Eropa untuk melupakan sejenak kepenatan karena persoalan krisis ekonomi.

Para pemimpin Eropa memanfaatkan betul ajang Piala Eropa 2012 untuk lari dari persoalan krisis. Bahkan mereka meminta para pemain untuk meraih prestasi terbaik agar bisa menjadi modal untuk membangun kepercayaan diri bangsa dalam menghadapi krisis besar sekarang ini.

Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy secara terbuka menyampaikan permintaan itu ketika mengunjungkan tempat latihan tim Negeri Matador itu. Jika Spanyol mampu mempertahankan gelarnya, maka itu akan menjadi hiiburan yang sangat berarti bagi seluruh rakyat Spanyol yang sedang menghadapi krisis dan sekaligus akan memberi kepercayaan diri untuk bangkit dari keterpurukan.

Beberapa bank di Spanyol terpaksa meminta dana penyelamatan dari negara agar tidak sampai gulung tikar. Spanyol berusaha untuk bisa menyelesaikan krisis ekonomi dengan kemampuan sendiri dan mencoba untuk tidak memanfaatkan tawaran yang diberikan Dana Moneter Internasional.

Hal yang sama dilakukan Kanselir Jerman Angela Merkel. Kanselir Jerman secara khusus datang ke Krakow, Polandia hanya untuk memberikan dukungan kepada tim asuhan Joachim Loew. Secara tidak langsung Merkel sangat berharap Jerman bisa mengembalikan kejayaan sepak bola mereka untuk memberi signal kepada masyarakat Jerman bahwa negeri mereka tidak goyah karena krisis di Eropa.

Festival sepak bola di Eropa bukan hanya menjadi hiburan di Eropa, tetapi juga kita di Indonesia. Seperti biasa keingar-bingaran yang terjadi di Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan apa yang terjadi di Eropa. Bahkan mungkin festival yang terjadi di Indonesia bisa jauh lebih meriah.

Suasana kompetisi terasa juga di Indonesia. Setiap orang memiliki tim unggulan sendiri-sendiri. Mereka bahkan melengkapi diri dengan kostum tim kesayangan mereka. Kostum itu mereka pergunakan saat nonton bareng yang mulai dibuat di cafe-cafe.

Di samping sebagai hiburan, Piala Eropa 2012 harus bisa kita pakai sebagai tempat belajar. Terutama dalam membangun semangat sportivitas, yang menjadi landasan utama dalam kita berolahraga.

Satu yang menarik menyaksikan pertandingan sepak bola di Eropa, para pemain begitu ngotot untuk memenangi pertandingan. Ibaratnya setiap lawan yang harus dihadapi, merupakan musuh yang harus bisa mereka taklukkan.

Di lapangan hijau mereka saling bertabrakan untuk merebut bola. Para pemain saling menjegal dalam upaya mencegah lawan untuk bisa memasuki daerah dan menjebol gawang kita. Semua begitu bersemangat untuk bisa membobol gawang lawan dan akhirnya memenangi pertandingan.

Namun begitu wasit meniupkan peluit panjang, semua yang pernah terjadi sepanjang pertandingan seakan dilupakan. Pemain yang menang dan kalah sama-sama saling menyalami. Mereka bahkan ada yang saling mengobrol ketika kembali ke ruang ganti pakaian.

Tidak ada dendam bagi yang kalah dan tidak ada juga perasaan jumawa dari yang menang. Sepertinya kalah dan menang dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja. Pertemanan dan persaudaraan di antara kedua tim jauh lebih penting dari persoalan kalah dan menang.

Suasana seperti itu seperti tidak dikenal pada kita. Bukan hanya dalam pertandingan sepak bola, dalam kehidupan yang lebih besar pun kita selalu menempatkan antara kalah dan menang. Kekalahan dilihat sebagai dendam dan bahkan sebuah permusuhan yang bersifat pribadi.

Kita harus belajar sportivitas kepada para pemain sepak bola Eropa. Bermain bola dan olahraga benar-benar dijadikan pembelajaran dalam praktik kehidupan yang lebih besar. Semua didasarkan ke dalam hal-hal yang bersifat fair.

Tidak ada kata terlambat bagi kita untuk melakukan itu. Mari kita mulai dari hal-hal yang paling kecil untuk bersifat sportif dan fair. Ada satu kalimat yang harus sama-sama kita selalu dengungkan, "Fair Play Please!"

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.