Dulsan Lestaluhu, Antara Keluarga dan Sleman
Dulsan Lestaluhu sedang bermain dan bercanda dengan dua putri tercintanya , Kutaila Lestaluhu (3) dan Aira Lestaluhu (1) di teras rumahnya. Pemain berusia 27 tahun itu sesekali mengelus-elus kaki putri sulungnya yang lecet karena digaruk. Jelas sekali raut bahagia pada ayah dan dua anak itu.
Wing back kanan andalan PSS Sleman itu tengah bersantai di rumahnya yang terletak hanya sekitar satu kilometer sebelah selatan Stadion Maguwoharjo Sleman, saat ditemui Tribun Jogja, Senin (7/2/2011). Tepatnya, rumah kontrakan Nyong Ambon itu terletak di Dusun Jenengan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
Pemain yang baru sekali membela PSS ini begitu menikmati masa libur jeda kompetisi yang diberikan pelatih M Basri. "Lumayan dapat libur sampai Rabu (9/2/2011). Jadi ada waktu lebih untuk anak dan istri saya di rumah," ujar pemain yang sebelumnya membela klub Perseman Manokwari Papua itu.
Biasanya, katanya, jika ada kesempatan bersama keluarganya, pengidola wing back kanan AC Milan Gianluca Zambrotta dan bek Arema Zulkifli Syukur itu menyempatkan diri mengajak anak dan istrinya berlibur. Rekreasi dan jalan-jalan adalah favorit Dulsan dan istrinya, Nirmala Patikawa (24).
"Yang paling sering kalau libur, saya ajak anak dan istri jalan-jalan ke Amplaz (Ambarrukmo Plaza, red)," ujarnya.
Meski hingga tiga hari ke depan libur, pemain bola yang doyan mancing ini ternyata tetap menjaga kebugaran tubuhnya. Baginya, walau libur bertanding dan latihan di tim, dirinya harus tetap menjaga kondisinya.
Dulsan tetap latihan di rumah. Latihan ringan biasa ia lakukan sore hari.
Hal itu, menurutnya, karena posisinya sebagai wing back membutuhkan stamina dan power yang lebih, baik menyerang maupun bertahan. Dulsan memang diwajibkan untuk mampu menyerang dan bertahan. "Posisi saya harus siap menyerang dan bertahan kapanpun. Secara sederhana, saya harus bisa menjadi penyeimbang tim. Makanya saya harus menyerang 50 persen, dan bertahan 50 persen," jelasnya.
Meski belum genap tiga bulan membela PSS, pemain bernomor punggung 19 itu mengaku PSS adalah keluarga besar yang menyenangkan. Selama bermain di PSS, akunya, ia menikmati. Ia pun bangga memiliki homebase Stadion Maguwoharjo yang megah.
Ditanya perbedaan antara Ambon dan Papua, tempatnya dulu bermukim sebelum di Sleman, pemain yang sangat membanggakan pelatihnya M Basri itu menyatakan, secara umum Sleman adalah tempat yang nyaman dan menyenangkan. "Sini (Sleman) dingin dan aman. Kalau di Manokwari dan Ambon agak panas," jelasnya sambil tersenyum.
Faktor itu menjadi hal yang membuat Dulsan dan keluarganya yang telah dibina selama empat tahun itu betah tinggal di Sleman. Selain suasana kondusif, PSS juga bisa menjadi keluarga besar yang menyenangkan. Ia dikontrak manajemen PSS sampai satu musim ini. Dulsan pun bersedia memperpanjang kontraknya di PSS, jika masih dipercaya.(*)
Wing back kanan andalan PSS Sleman itu tengah bersantai di rumahnya yang terletak hanya sekitar satu kilometer sebelah selatan Stadion Maguwoharjo Sleman, saat ditemui Tribun Jogja, Senin (7/2/2011). Tepatnya, rumah kontrakan Nyong Ambon itu terletak di Dusun Jenengan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
Pemain yang baru sekali membela PSS ini begitu menikmati masa libur jeda kompetisi yang diberikan pelatih M Basri. "Lumayan dapat libur sampai Rabu (9/2/2011). Jadi ada waktu lebih untuk anak dan istri saya di rumah," ujar pemain yang sebelumnya membela klub Perseman Manokwari Papua itu.
Biasanya, katanya, jika ada kesempatan bersama keluarganya, pengidola wing back kanan AC Milan Gianluca Zambrotta dan bek Arema Zulkifli Syukur itu menyempatkan diri mengajak anak dan istrinya berlibur. Rekreasi dan jalan-jalan adalah favorit Dulsan dan istrinya, Nirmala Patikawa (24).
"Yang paling sering kalau libur, saya ajak anak dan istri jalan-jalan ke Amplaz (Ambarrukmo Plaza, red)," ujarnya.
Meski hingga tiga hari ke depan libur, pemain bola yang doyan mancing ini ternyata tetap menjaga kebugaran tubuhnya. Baginya, walau libur bertanding dan latihan di tim, dirinya harus tetap menjaga kondisinya.
Dulsan tetap latihan di rumah. Latihan ringan biasa ia lakukan sore hari.
Hal itu, menurutnya, karena posisinya sebagai wing back membutuhkan stamina dan power yang lebih, baik menyerang maupun bertahan. Dulsan memang diwajibkan untuk mampu menyerang dan bertahan. "Posisi saya harus siap menyerang dan bertahan kapanpun. Secara sederhana, saya harus bisa menjadi penyeimbang tim. Makanya saya harus menyerang 50 persen, dan bertahan 50 persen," jelasnya.
Meski belum genap tiga bulan membela PSS, pemain bernomor punggung 19 itu mengaku PSS adalah keluarga besar yang menyenangkan. Selama bermain di PSS, akunya, ia menikmati. Ia pun bangga memiliki homebase Stadion Maguwoharjo yang megah.
Ditanya perbedaan antara Ambon dan Papua, tempatnya dulu bermukim sebelum di Sleman, pemain yang sangat membanggakan pelatihnya M Basri itu menyatakan, secara umum Sleman adalah tempat yang nyaman dan menyenangkan. "Sini (Sleman) dingin dan aman. Kalau di Manokwari dan Ambon agak panas," jelasnya sambil tersenyum.
Faktor itu menjadi hal yang membuat Dulsan dan keluarganya yang telah dibina selama empat tahun itu betah tinggal di Sleman. Selain suasana kondusif, PSS juga bisa menjadi keluarga besar yang menyenangkan. Ia dikontrak manajemen PSS sampai satu musim ini. Dulsan pun bersedia memperpanjang kontraknya di PSS, jika masih dipercaya.(*)
Post a Comment